BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS »

Tuesday, March 22, 2011

- Air Yang Terapung -


“Sesungguhnya kamu hanya memberi peringatan kepada orang-orang yang mahu mengikuti peringatan dan yang takut kepada Tuhan Yang Maha Pemurah walaupun dia tidak melihat-Nya. Maka berilah mereka kabar gembira dengan ampunan dan pahala yang mulia.”[36:11]

“Selain dari itu, tidakkah kamu melihat air yang kamu minum?, Kamukah yang menurunkannya dari awan ataukah Kami yang menurunkan? , Kalau Kami kehendaki niscaya Kami jadikan dia asin, maka mengapakah kamu tidak bersyukur? “[56 : 68-70]

Katakanlah: "Terangkanlah kepadaku jika sumber air kamu menjadi kering; maka siapakah yang akan mendatangkan air yang mengalir bagimu?"[67:30]

“Apakah kamu tidak memperhatikan, bahwa sesungguhnya Allah menurunkan air dari langit, maka diaturnya menjadi sumber-sumber air di bumi kemudian ditumbuhkan-Nya dengan air itu tanam-tanaman yang bermacam-macam warnanya, lalu ia menjadi kering lalu kamu melihatnya kekuning-kuningan, kemudian dijadikan-Nya hancur berderai-derai. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal.”[21:39]

“Dan Dialah yang meniupkan angin sebagai pembawa berita gembira sebelum kedatangan rahmat-Nya (hujan); hingga apabila angin itu telah membawa awan mendung, Kami halau ke suatu daerah yang tandus, lalu Kami turunkan hujan di daerah itu, maka Kami keluarkan dengan sebab hujan itu pelbagai macam buah-buahan. Seperti itulah Kami membangkitkan orang-orang yang telah mati, mudah-mudahan kamu mengambil pelajaran.”[ 7:57]

“Allah, Dialah yang mengirim angin, lalu angin itu menggerakkan awan dan Allah membentangkannya di langit menurut yang dikehendaki-Nya, dan menjadikannya bergumpal-gumpal; lalu kamu lihat hujan keluar dari celah-celahnya, maka apabila hujan itu turun mengenai hamba-hamba-Nya yang dikehendaki-Nya tiba-tiba mereka menjadi gembira.”[30:48]

“Dan Kami turunkan air dari langit menurut suatu ukuran; lalu Kami jadikan air itu menetap di bumi, dan sesungguhnya Kami benar-benar berkuasa menghilangkannya.”[23:18]

Demi langit yang berulang-ulang(kitaran) mencurahkan hujan, Demi langit yang berulang-ulang mencurahkan hujan”[86:11]

“Al-Quran ia ayat-ayat keterangan yang jelas nyata, yang terpelihara di dalam dada orang-orang yang berilmu dan tiadalah yang mengingkari ayat-ayat keterangan Kami melainkan orang-orang yang zalim..”[ 29:49]

Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (iaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka. “[3:190-191]

1) Subhanallah, betapa hebathnya ciptaan Allah, semuanya tersusun dengan cantik dan sempurna, tanpa mengandungi sedikit pun cacat cela. Sebuah kitaran yang memberi berjuta manfaat kepada seluruh makhluk di bumi milikNya.

2) Alhamdulillah, segala-galanya adalah rahmat, kasih dan sayang pada hamba yang diciptakan Nya. Semuanya indah dan berkadaran sesuai dengan kehendak dan keperluan makhlukNya.

3) Allahuakhbar, kekuasaanNya tiada tandingan, begitu rapi dan terperinci, tiada yang binasa kerana rahmatNya, malah semuanya bahgia atas nikmat kurniaNya.

# Dari air laut yang masin, di angkatnya(pengewapan) air tawar menjadi gumpalan kecil wap-wap air. Andai diangkat keatas itu adalah air masin dan yang bercucuran jatuh juga air masin, sudah tentu pokok-pokok, bangunan-bagunan malah manusia dan segalanya akan binasa. tetapi akan kasih dan kekuasaan kejadianNya, maka kita gembira dan dapat menikati nikmatNya.

# Sesunguhnya apabila sesuatu itu menuju dekat ke matahari, maka ia semakin panas, tetapi apabila kita mendaki gunung atau tempat yang tinggi, suhunya berkurangan, suhu yang semakin sejuk ini menyebabkan wap-wap kecil berterbangan keatas berhenti sehingga suatu tahap yang telah ditetapkan olehNya. Boleh saja wap-wap air ini melepasi lapisan ozon dan lesap di atmosfera teratas, tetapi akan kasih dan kekuasaan kejadianNya, maka kita gembira dan dapat menikati nikmatNya.

# Angin yang membawa gumpalan-gumpalan ini boleh mencecah sehingga 200batu/sejam. Andai wap-wap air ini berhenti/berkumpul di kawasan tiada angin(kawasan 3), nascaya nikmatNya hanya dapat dirasai di lautan sahaja, dan sekiranya angina yang bertiup dan wap-wap air itu berada pada paras yang rendah, akan hancur musnahlah bangunan-bangunan, pokok-pokok dan segala-galanya, tetapi akan kasih dan kekuasaan kejadianNya, maka kita gembira dan dapat menikati nikmatNya.

# Sungguh wap-wap itu berkumpul menjadi besar dan berat, lalu keluarlah ia dicelahan-celahan awan tersebut, maka seluruh alam meraikannya dan menikmatinya, andai ia turun dalam bentuk limpahan yang besar dan bukannya titisan manja, nascaya seluruh kawasan tersebut bersih di bawa limpahan air yang sangat besar. Andai air yang bercucuran turun melebihi kadar yang di perlukan nascaya akan banjirlah seluruh kawasan tersebut, seperti kaum dahulu yang diberikan peringatan. tetapi akan kasih dan kekuasaan kejadianNya, maka kita gembira dan dapat menikati nikmatNya.

# Sungguh air yang bercucuran itu membuahkan tanaman dan menyuburkan tanah, andai bumi ini keseluruhannya adalah batu atau simen nascaya akan berlaku banjir yang besar, namun air tersebut merasap kedalam tanah dan menyuburkannya, sebahagiaannya mengalir didalam sungai dan sebagainya. akan kasih dan kekuasaan kejadianNya, maka kita gembira dan dapat menikati nikmatNya.

Monday, January 17, 2011

lihatlah Anak Syu’aib

Kisah yang tercatat di dalam Al-Quran

“Dan ketika dia(Musa) sampai di sumber air negeri Madyan, ia dapati di situ sekumpulan orang-orang lelaki sedang memberi minum (binatang ternak masing-masing), dan ia juga dapati di sebelah mereka dua perempuan yang sedang menahan(ternakan mereka berdua). Dia bertanya: Mengapa dengan kamu berdua(menahan ternakan)? Mereka menjawab: Kami tidak dapat memberi minum (ternakan kami) sehingga pengembala-pengembala itu membawa balik binatang ternak masing-masing; dan bapa kami seorang yang terlalu tua umurnya.”

“Maka Musa pun memberi minum kepada binatang-binatang ternak mereka, kemudian ia pergi ke tempat teduh lalu berdoa dengan berkata: Wahai Tuhanku, sesungguhnya aku sangat berhajat kepada sebarang rezeki pemberian yang Engkau berikan.

“Kemudian salah seorang dari perempuan dua beradik itu datang mendapatkannya dengan berjalan dalam keadaan tersipu-sipu sambil berkata:” Sebenarnya bapaku menjemputmu untuk membalas budimu memberi minum binatang ternak kami”. Surah Al-Qasas ayat 23-25.

Di dalam kisah pendek tiga ayat ini, tersembunyi ibrah yang sangat besar. Bukan hanya kisah pertemuan Musa dengan Anak Nabi Syu’aib yang kemudiannya mendidik kesabaran Musa. Bukan juga hanya kisah Musa yang baik hati membantu perempuan yang lemah. Bukan juga hanya kisah aturan Allah SWT yang cantik mengaturkan perjalanan Musa dalam rangka menjadikannya sebagai Nabi.

Tetapi di dalam tiga ayat ini, terdapat juga didikan untuk wanita.

Allah hendak menunjukkan bagaimana urusannya wanita dan lelaki, dengan menunjukkan sifat malu yang wujud dalam diri Anak-anak Syu’aib.

Wahai manusia, Allah sedang berbicara dengan anda berkenaan Sifat Malu.


Sifat malu yang sangat tinggi

Anak-anak Nabi Syu’aib tidak membenarkan diri mereka bercampuran dengan lelaki-lelaki lain walaupun mereka mempunyai kerja yang penting – memberikan minuman kepada ternakan mereka.

Mereka sanggup menahan ternakan mereka dan menanti walaupun keadaan itu sangat memberikan kekurangan kepada ternakan mereka nanti. Alasan lemah adalah alasan yang kedua. Alasan utama adalah kerana bergaulan, bercampuran dengan lelaki sememangnya menjatuhkan akhlak mereka.

Kita sendiri, kalau melihat perempuan tolak menolak dengan lelaki, berebut-rebut dengan lelaki, bersentuhan tangan, bergeselan badan, bagaimana agaknya persepsi kita?

Maka Anak-anak Syu’aib menanti. Biar lapang baru mereka pergi. Tidak melanggar adab pergaulan, dan tidak pula mengundag kecederaan.

Namun, melakukan sedemikian pastinya satu kekurangan untuk mereka. Kekurangan untuk binatang ternak mereka membesar dengan baik. Tetapi lihatlah Anak-anak Syu’aib, dunia dan akhirat yang mana mereka pilih?

Penjagaan diri mereka ini membuatkan mereka sangat mahal.


Tidak memanjangkan bicara 1(kondisi diajak bicara)

Musa yang berehat di bawah pokok berdekatan hanya memandang. Pelik di matanya melihat dua orang perempuan berdiri menunggu di tepi sumber air bersama ternakan mereka. Pastinya dua perempuan itu bukan menanti suami atau ayah mereka siap memberi minum pada ternakan kerana keduanya membawa ternakan masing-masing.

Atas dasar ambil berat, Musa bangun dan bertanya.

“Mengapa dengan kamu berdua?”

Dan lihatlah bagaimana cantiknya akhlak Anak-anak Syu’aib. Lihatlah bagaimana mereka menjawab dengan kata-kata yang pendek, tidak meleret-leret, malah menutup lubang untuk menyambung bicara lain.

Terus sahaja mereka menjawab: “Kami tidak dapat memberi minum (ternakan kami) sehingga pengembala-pengembala itu membawa balik binatang ternak masing-masing; dan bapa kami seorang yang terlalu tua umurnya

Terus kepada point. – Kami tidak dapat memberi minum sehingga pengembala-pengmbala itu mebawa balik binatang ternak masing-masing –

Terus terang dan menutup ruang untuk perbualan berpanjangan – dan bapa kami seorang yang terlalu tua umurnya –

Lantas Musa tidak menyambung perbualan mahupun bertanya lagi. Malah dia juga sudah tiada alasan untuk bertanya kerana segalanya telah terjawab dengan jawapan ringkas itu. Kata-kata “dan bapa kami seorang yang terlalu tua umurnya” itu telah menjawab soalan-soalan seperti: “Habis, mana ayah awak?”, “Abang awak tak ada ke?”, “Ish, kesiannya, kenapa ya macam tu?” dan lain-lain.

Sangat bersih peribadi Anak-anak Syu’aib dalam menjaga diri mereka. Tidak berminat memanjangkan bicara yang tiada kepentingannya. Dan lihatlah pula kepada Musa, sangat bersih peribadinya dengan tidak mencari atau memikirkan mana-mana peluang lain untuk berbual, tetapi tanpa banyak bicara terus membantu ketika itu juga.


Tidak memanjangkan bicara 2(kondisi pemula bicara)

Dan apabila Nabi Syu’aib melihat kedua anaknya pulang lebih awal dari biasa, dia kehairanan dan bertanya. Maka kedua anak itu menceritakan perihal lelaki yang berteduh di bawah pokok. Maka Nabi Syu’aib mengarah salah seorang anaknya pergi memanggil.

Lihatlah bagaimana anak itu, walau berseorangan, tidak lagi ditemani ahli keluarganya, tidak pula mengambil peluang bermanja-manja atau berkenalan dengan lelaki yang berjasa itu.
Malah dia berjalan dengan tersipu-sipu, berjalan atas sifat malu, dan terus berkata menyampaikan hajatnya:

Sebenarnya bapaku menjemputmu untuk membalas budimu memberi minum binatang ternak kami

Tidak pula dia meleret-leret atau berpusing-pusing dahulu dengan sembang-sembang lain, tanya-tanya lain seperti:

“Eh awak, terima kasih lah tadi ya. Awak baik sangat. Walaupun kita tak kenal… bla bla bla”

“Awak siapa nama ya? Terima kasihlah tadi ya. Ah, ni ayah saya panggil. Dia kagum dengan awak. Yalah, siapa yang nak tolong perempuan masa ni… bla bla bla”

Tetapi Anak Syu’aib itu terus pada pointnya tanpa memanjangkan bicara – Sebenarnya bapaku menjemputmu untuk membalas budimu memberi minum binatang ternak kami – Habis cerita dan tiada lagi alasan untuk menyambung sembang baik dari Pihak Musa, mahupun pihaknya.

Dia melaksanakan amanah bapanya tanpa mengambil celahan pada amanah itu.

Bersihnya peribadi Anak Syu’aib. Sifat malunya sangat tinggi. Sangat menjaga budi pekerti. Tiada langsung apa yang dikatakan ‘gedik’ oleh manusia hari ini. Langsung tidak mengambil peluang berduaan dengan jejaka berjasa yang hebat itu. Dan lihatlah Musa. Bersihnya peribadi Musa, tidak pula mengambil peluang berduaan itu dengan memanjang-manjangkan sembang, mencari peluang berkenalan dan sebagainya.


Bagaimanakah kita hari ini?

Melihat Anak-anak Syu’aib, kita sepatutnya persoalkan diri kita.

Bagaimana kita hari ini?

Bila memberikan bantuan, bila meminta pertolongan, bila berbincang untuk sesuatu program di dalam mesyuarat, bila di Facebook, YM, dan di macam-macam situasi lagi. Bagaimanakah kita?
Di sini perlu kita lihat. Bagaimana Allah menunjukkan sikap Anak Syu’aib dan Musa AS. Anak Syu’ain mewakili perempuan, dan Musa AS mewakili lelaki. Bagaimanakah keadaan mereka, pergaulan mereka, akhlak dan peribadi mereka.

Adakah kita mencontohi?

Kebanyakan kita, kalau bercerita akan kisah Musa dan Anak Syu’aib, tak habis-habis menceritakannya dari sudut percintaan. Entahlah, saya pun tak faham. Kisah Nabi Yusuf dengan Zulaikha pun pergi cerita macam itu juga, balik kepada cinta.

Cinta nak kecoh. Malu tak mahu cerita. Macam mana masyarakat nak jadi bagus?


Penutup: Saya sangat kagum dengan Anak Syu’aib

Alangkah indahnya dunia kalau dipenuhi wanita-wanita sebegini. Terjaga pergaulan mereka, bersih peribadi mereka, cantik akhlak mereka, mahal harga diri mereka.

Kisah ini membuatkan saya berazam untuk mendidik diri dengan lebih kuat lagi. Biar nanti kalau Allah kurniakan saya anak perempuan, saya senang anak perempuan saya terjaga seperti terjagana anak-anak perempuan Syu’aib.

Semestinya, anak-anak perempuan Syu’aib mempunyai akhlak yang sedemikian kerana terdidik dengan didikan ayahanda mereka, Nabi Syu’aib AS.

Ya Allah, kurniakanlah sifat malu Anak Syu’aib itu kepada perempuan hari ini.

Ya Allah, kurniakanlah juga keindahan akhlak Musa itu kepada lelaki hari ini



.:. sebuah perkongsian menarik dari langitilahi.com

Monday, January 10, 2011

melihat yusuf

Yusuf dan dirinya

Yusuf AS diuji Allah SWT dengan ujian yang hebat. Untuk mendidik manusia dan memberikan pengajaran. Kisahnya kisah yang cantik dan hebat. Mampu menggegarkan jiwa-jiwa insan yang tunduk untuk kesedaran. Sebab itu Allah menurunkan satu Surah penuh menceritakan kisahnya, Surah Yusuf yang penuh dengan intipati mukjizat Al-Quran di dalamnya.

Kita dapat melihat betapa Yusuf ini dikhianati oleh abang-abangnya.

“Salah seorang di antara mereka berkata: “Janganlah kamu membunuh Yusuf, tetapi buanglah dia ke dalam pergi, supaya ia dipungut oleh sebahagian dari orang-orang musafir (yang lalu di situ), kalaulah kamu tetap hendak menjalankan rancangan kamu itu”.” Surah Yusuf ayat 10.

Dibuang ke dalam perigi. Kemudian Allah menyelamatkannya dengan menjadikannya hamba kepada Aziz, pemerintah mesir.

“Dan (semasa Yusuf dalam perigi) datanglah ke tempat itu satu rombongan (ahli perniagaan) yang sedang dalam perjalanan; lalu mereka menghantarkan seorang pencari air bagi mereka; (setelah sampainya ke perigi itu) dia pun menghulurkan timbanya (dan manakala ia melihat Yusuf bergantung pada timbanya) ia berseru dengan katanya: “Hai, (ini) sungguh mengembirakan! Ini adalah seorang budak lelaki (yang cantik parasnya)”. (Setelah mengetahui hal itu, saudara-saudara Yusuf pun datang) serta mereka sembunyikan keadaan Yusuf yang sebenarnya (untuk dijual) sebagai barang dagangan. Dan Allah Maha Mengetahui akan apa yang mereka lakukan.” Surah Yusuf ayat 19.

“Dan (setelah Yusuf dijualkan di negeri Mesir), berkatalah orang yang membeli Yusuf kepada isterinya: “Berilah dia layanan yang sebaik-baiknya; semoga ia berguna kepada kita, atau kita jadikan dia anak”.” Surah Yusuf ayat 21.

Dia hanya seorang hamba. Tidak punya harta. Hanya bernaung di bawah kekuasaan tuannya.

Satu saat, peluang datang untuk menjadikannya kaya raya, mengangkat tarafnya dari hamba biasa kepada istimewa.

‘Imra’ah aziz’(yang orang sering menamakannya dengan nama Imra’ah Aziz) gila bayang dengan Yusuf kerana kecantikan wajahnya.

Bagaimanakah Yusuf?

Bukan sekadar suara dan pakaian seksi, malah digoda di dalam bilik yang terkunci

Situasi Yusuf adalah situasi yang berat. Sangat tersepit dan terhimpit.

Imra’ah Aziz memanggilnya ke bilik. Sebagai hamba, dia mentaati. Tetapi alangkah terkejutnya dia apabila melihat isteri kepada tuannya itu berpakaian sangat menjolok mata, memakai haruman menusuk hidung menggoda.

Belum sempat dia berbuat apa-apa, pintu telah dikunci.

“Dan perempuan yang Yusuf tinggal di rumahnya, bersungguh-sungguh memujuk Yusuf berkehendakkan dirinya; dan perempuan itupun menutup pintu-pintu serta berkata: “Marilah ke mari, aku bersedia untukmu”.” Surah Yusuf ayat 23.

Dan ketika ini, dia diberikan pilihan untuk menyerahkan diri.

Tetapi lihatlah Yusuf. Lihatlah Yusuf itu wahai lelaki-lelaki. Lihatlah Yusuf.

Di dalam bilik yang terkunci itu, di dalam situasi yang sangat sempit lagi terhimpit itu, lihatlah bagaimana Yusuf menjaga dirinya.

“…Yusuf menjawab: “Aku berlindung kepada Allah (dari perbuatan yang keji itu); sesungguhnya Tuhanku telah memuliharaku dengan sebaik-baiknya; sesungguhnya orang-orang yang zalim tidak akan berjaya”.” Surah Yusuf ayat 23.

MasyaAllah… Subhanallah…

Inilah dia peribadi yang dilindungi keimanan kuat terhadap Ilahi. Di hadapan perempuan seksi, di dalam bilik terkunci, jiwanya tetap bebas dari gari-gari dunia dan kehambaan kepada selain Ilahi. Tetap teguh mempertahankan kesucian hamba Allah di dalam diri.

Dan Yusuf berusaha, walau tahu tiada jalan untuknya

Mungkin sahaja, ada orang akan berfikir: “Ala, nak buat camne, bilik dah terkunci. Perempuan tu pula, alahai… masyuk habis. Kira rezeki lah ni”

Tetapi lihatlah Yusuf. Lihatlah Yusuf wahai lelaki-lelaki.

Walau Yusuf tahu bahawa bilik telah terkunci, dan tiada lagi jalan untuk melarikan diri, dia tetap berusaha menjauhi Imra’ah Aziz.

“Dan mereka berdua pun berkejaran ke pintu…,” Surah Yusuf ayat 25.

MasyaAllah… Subhanallah…

Imra’ah Aziz tidak putus asa. Bahkan mengejar, mengejar dan mengejar. Tidak pula Yusuf berhenti dari berusaha. Tetap berlari dan berlari menyelamatkan diri.

Hinggalah Imra’ah Aziz berjaya mencapainya, hingga terkoyak belakang bajunya.

“…serta perempuan itu mengoyakkan baju Yusuf dari belakang;…” Surah Yusuf ayat 25.

Hingga Yusuf benar-benar terperangkap dan tidak mampu berlari.

Dan kini, ujiannya telah tamat. Allah telah selesai mengujinya.

Maka Allah datangkan Aziz bersama saudaranya, membuka pintu, dan terkejut dengan keadaan Yusuf hambanya, bersama isterinya.

“… lalu terserempaklah keduanya dengan suami perempuan itu di muka pintu.” Surah Yusuf ayat 25.

Dan perhatikanlah pilihan Yusuf itu

Yusuf ternyata benar apabila koyakan bajunya menjadi bukti. Tidak lama kemudian kisah ini tersebar pantas. Ramai yang mencaci Imra’ah Aziz. Imra’ah Aziz berang. Padanya, bukan silapnya dia berkelakuan sedemikian. Yusuf tersangat cantik ibarat malaikat.

“Dan (sesudah itu) perempuan-perempuan di bandar Mesir (mencaci hal Imra’ah Aziz dengan) berkata: Isteri Al-Aziz itu memujuk hambanya (Yusuf) berkehendakkan dirinya, sesungguhnya cintanya (kepada Yusuf) itu sudahlah meresap ke dalam lipatan hatinya; sesungguhnya kami memandangnya berada dalam kesesatan yang nyata.” Surah Yusuf ayat 30.

Lantas dibuat majlis agar ramai perempuan-perempuan yang mencacinya berkumpul.

Disuruhnya Yusuf memunculkan diri. Yusuf yang masih terikat sebagai hamba mentaati selagi mana suruhan itu tidaklah membuatkan dirinya terkeluar dari larangan Allah.

“Maka apabila ia (Imra’ah Aziz) mendengar cacian mereka, dia pun menjemput mereka dan menyediakan satu jamuan untuk mereka, serta memberi kepada - tiap seorang di antara mereka sebilah pisau. Dan pada ketika itu berkatalah ia (kepada Yusuf): “Keluarlah di hadapan mereka”.” Surah Yusuf ayat 31.

Ketika ini, jari-jari perempuan yang hadir tercedera kerana mereka semua terpana ketika memandang Yusuf. Buah yang hendak dikopes, tangannya pula yang ditoreh.

“Maka ketika mereka melihatnya, mereka tercengang melihat kecantikan parasnya, dan mereka dengan tidak sedar melukakan tangan mereka sambil berkata: “Jauhnya Allah dari kekurangan! Ini bukanlah seorang manusia, ini tidak lain melainkan malaikat yang mulia!” Surah Yusuf ayat 31.

Ketika inilah, baru mereka memahami apa yang dihadapi oleh Imra’ah Aziz. Dan Imra’ah Aziz ketika ini, mengumumkan kepada Yusuf bahawa dia masih mempunyai ruang untuk tunduk. Atau Yusuf akan dihumbankan ke dalam penjara.

“(Imra’ah Aziz) berkata: “Inilah orangnya yang kamu tempelak aku mengenainya! Sebenarnya aku telah memujuknya berkehendakkan dirinya tetapi ia menolak dan berpegang teguh kepada kesuciannya; dan demi sesungguhnya kalau ia tidak mahu melakukan apa yang aku suruh tentulah ia akan dipenjarakan, dan akan menjadi dari orang-orang yang hina.” Surah Yusuf ayat 32.

Tetapi lihatlah kepada Yusuf itu. Lihatlah kepada Yusuf itu wahai lelaki-lelaki.

Apakah pilihannya?

“Yusuf (merayu kehadrat Allah Taala dengan) berkata: “Wahai Tuhanku! Aku lebih suka kepada penjara dari apa yang perempuan-perempuan itu ajak aku kepadanya. Dan jika Engkau tidak menjauhkan daripadaku tipu daya mereka, mungkin aku akan cenderung kepada mereka, dan aku menjadi dari orang-orang yang tidak mengamalkan ilmunya”. Surah Yusuf ayat 33.

MasyaAllah…. Subhanallah….

Semuanya untuk menjaga jiwanya, menjaga dirinya.

Sanggup memilih kedasyatan penjara, dari kedasyatan azab-Nya. Itu Yusuf yang terpaksa memilih antara dua.

Bagaimana kamu? “Kalau awak tak layan saya, saya tak nak kawan dah dengan awak”
Bagaimana? Kadang-kala kita tewas hanya dengan rajukan kecil yang tak bermakna.

Kita dan Yusuf

Untuk apa diceritakan semua ini kalau bukan untuk dicontohi dan mengambil pengajaran? Jangan cerita kepada saya: “Ala, Yusuf tu Nabi”. Allah mengutuskan Rasul dan Nabi dari kalangan manusia, agar menjadi contoh kepada pembumian syara’ itu kepada manusia sendiri.
Justeru, bagaimana kita dan Yusuf?

Situasi siapa yang lebih sukar? Yusuf terikat dengan pelbagai perkara. Imra’ah Aziz adalah seorang yang berkuasa, seorang yang ‘memiliki’ Yusuf, tetapi lihatlah bagaimana Yusuf bertindak dalam mentaati Allah SWT.

Bagaimana kita?

Hakikatnya, kita sebenarnya mempunyai pilihan. Sama ada hendak menjatuhkan diri ke dalam kehinaan, atau memilih untuk memuliakan diri dengan berkeras dan bertahan.
Sememangnya, kalau hendak bertahan menegakkan perintah Allah ke atas diri kita, akan kita hadapi kesukaran. Tetapi saya tidak pernah pula dengar pada zaman ini, lelaki yang menjaga kehormatan dirinya, kebersihan peribadinya dalam pergaulan lelaki perempuan sampai dipenjarakan.

Sesungguhnya, Yusuf lebih sukar dari kita.

Justeru apa yang kita lakukan?

Penutup: Wahai Lelaki, perhatikanlah Yusuf itu. Perhatikanlah

Saya lelaki. Post ini khasnya untuk memperingatkan diri saya sendiri. Jua dengan harapan, manfaatnya tumpah kepada lelaki-lelaki lain di dalam kehidupan ini.

Perempuan itu, pemimpin utama mereka adalah lelaki.

Maka wahai lelaki, tidakkah kamu merasakan kepentingan untuk mempertingkatkan diri?
Marilah. Lihatlah Yusuf dan contoh yang Allah berikan kepada kita.

Kemudian liriklah arahan Allah SWT.

“Katakanlah (wahai Muhammad) kepada orang-orang lelaki yang beriman supaya mereka menyekat pandangan mereka (daripada memandang yang haram), dan memelihara kehormatan mereka. Yang demikian itu lebih suci bagi mereka; sesungguhnya Allah Amat Mendalam PengetahuanNya tentang apa yang mereka kerjakan.” Surah An-Nur ayat 30.

Mari kita menjaga kebersihan peribadi kita wahai Lelaki!

.:.sebuah perkongsian menarik dari langitilahi.com

Monday, January 3, 2011

[YOQ'10] pelangi



Marah api

Mendidik alpa


Sinis ombak

Seribu bahasa


Jewit bayu

Meyulam mesra


Tangis hujan

Berkongsi duka


Helai anginm

Terasa bahagia


Dingin kabus

Hangat menyapa


Sayup senjam

Tenang dirasa


Hiba malamm

Mimpi airmata


Berpisah kasih dimata

Bertemu sayang disyurga



"perjuangan kita tidak akan terhenti di saat terhentinya kesibukan kita di dalam program2 dakwah dan tarbiyyah. Bahkan ruh dan semangatperjuangan itu akan terus mengalir di balik tubuh2 mahasiswa yg bertempur di gelanggang ilmiah. Semoga Allah memudahkan setiap urusan kita dengankekuatan ukhuwah yg tidak berbelah." muadz ar